(Review) Arrival



From: comingsoon.net//

Film Sci-Fi selalu mempunyai daya tarik tersendiri. Selalu punya daya magis agar penonton mau menonton film yang pake mikir. Saya selalu menyukai Sci-Fi garapan Christoper Nolan, ada Inception dan Interstellar yang sukses bikin mikir karena that’s movies so awesome!! Thanks Nolan. Kali ini ada film Sci-Fi yang juga tidak kalah menarik, introducing: Arrival: mendebarkan, fresh story, dan unpredictable twist.

Film tahun 2016 ini disutradarai oleh Denis Villeneuve. Amy Adams ditunjuk sebagai pemeran utama wanita. Oke, atensi ketegangan sudah dimulai sejak awal. Film ini mengisahkan Dr. Louise Banks (Amy Adams) seorang dosen ahli bahasa yang harus menerjemahkan bahasa alien. 12 pesawat alien mendarat di 12 negara di bumi. Pesawat-pesawat ini beberapa hari tidak melakukan hal apapun. Masyarakat bumi menjadi resah karena mengira alien-alien ini akan menginvasi bumi. Louise diminta oleh pihak militer Amerika untuk menerjemahkan bahasa alien. Louise harus berpacu dengan waktu dan menanyakan pada alien tersebut apa sebenarnya tujuan mereka ke bumi. Apakah mereka datang dengan damai atau tidak. Louise dan Dr. Ian Donnely (Jeremy Renner) seorang fisikawan berjibaku untuk mengetahui alasan kedatangan alien-alien tersebut ke bumi. Premis yang menarik bukan?

Dari hari ke hari Lousie dan Ian semakin mengetahui bahasa alien memilih bahasa simbol yang rumit sebagai bahasa mereka. Tim Louise mempelajari simbol-simbol tersebut agar menyamakan persepsi dengan alien. Pada akhirnya Louise mengetahui bahwa simbol-simbol tersebut adalah konsep waktu. Oke cukup, saya geregetan mau cepat-cepat membahas film ini. Film yang sukses mengumpulkan pendapatan 4x dari budget ini juga sukses membuat saya melongo di akhir film. Twist yang cerdas, premis yang menarik, dan eksekusi yang ciamik membuat saya memberi applause untuk film ini. Banyak yang saya suka dari film ini, mulai ide cerita yang tidak biasa.

Alih-alih menampilkan invasi alien, film ini justru menghadirkan how to communicated with alien. Istilahnya, masa iya kita harus suudzon terus sama alien, jangan-jangan alien emang gak niat buat menginvasi bumi. Oke, esensi film ini adalah bahasa dan bahasa itu untuk komunikasi. Kita akan diajak untuk memahami proses yang panjang dari belajar berkomunikasi dengan alien ini. Film ini juga menggambarkan bahwa bahasa yang universal bisa menjadi sajian utama yang menarik. Ide segar, bahan dasarnya adalah bahasa dan bahasa itu yang menjadi tema sekaligus jembatan yang menghubungakan semuanya. I love it!! Tak heran film ini mendapat berbagai kritikan positif dari kritikus.

Alurnya memang terkesan berjalan lambat, but that’s point yang memang menjadi sajian berbeda dari kebanyakan film alien yang lain. Ibaratnya ini adalah belajar bahasa baru dan memang harus tidak tergesa-gesa. Begitu juga dengan film ini yang menginginkan penonton memahami apa yang menjadi esensi utama film ini, dan itu dengan tidak terburu-buru. Interaksi Lousie dengan alien yang membutuhkan setengah film sendiri membuat kita sebagai penonton setuju bahwa mempelajari bahasa baru itu sangat sulit. Menikmati momen demi momen dan pada akhirnya, semua terjawab di ending dengan twist yang tidak tertebak. Mengajarkan kita bahwa tak semua visual yang terjadi dengan si tokoh di film adalah flashback! Kita akan diajak untuk tetap menjaga rasa penasaran sampai waktunya tiba.

Saya kasih dua jempol buat Amy Adams, emosi yang dia bangun sangat perfect. Cara komunikasi dia sama alien bener-bener real dan dia begitu berani buat ngomong ke alien padahal awal-awal dia ketemu alien aja takutnya bukan main. Visual yang selalu ia lihat menambah efek sisi emosi Amy yang luar biasa, bagaimana ia digambarkan sosok yang rapuh, keibuan, dan ketakutan pada visual tersebut. Jeremy Renner yang sebenarnya saya tak begitu suka dengan aktingnya karena kaku, di film ini lebih menampilkan sosok romantisnya yang tentu saja berbeda dengan film-filmnya yang lain. Forest Whitaker selalu memukau, kali ini sebagai Kolonel Weber dari Angkatan Darat A.S yang  begitu tegas, tanggung jawab, dan bertindak dengan seribu pemikiran.

Saya sangat menyukai sinematografi dan audio yang sangat selaras berpadu dengan begitu mengagumkan. Segala hal yang berbau dengan gambarnya saya suka, thanks to editor yang membuat film ini sedap dipandang dan kita sebagai penonton sangat nyaman mengikuti adegan demi adegan. Musik score-nya sukses menambah ketegangan, meski tampil sederhana namun tetap bermakna. Monolog yang diucapkan Amy dan Jeremy juga tak banyak, serba pas. Two thumbs up for audio’s department.

Denis Villeneuve sukses menghadirkan film Sci-Fi yang memorable di tahun 2016. Bagaimana tidak, film ini sukses meraih 8 nominasi Oscar ke 89 tahun 2017. Untuk kategori Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay, Best Sound Editing, Best Sound Mixing, Best Production Design, Best Cinematography, dan Best Film Editing (Academy Awards official website). Jelas film ini mengungguli ekspektasi saya, kita bisa melihat serangkaian komunikasi dengan bahasa yang universal, kalkulasi ilmiah yang cerdas, politik kotor, dan drama ibu-anak yang menyentuh. Arrival: how to communicated with alien. Cerdas!
¤Selesai¤

You Might Also Like

0 comments