Catatan di Polewali Mandar #1



CHAPTER I
Langkah Pertama di Katumbangan
5 September 2016, pagi-pagi sekali harus sudah mandi. Aku dan tim7 (nama kelompok karena beranggotakan tujuh orang) harus segera bersiap untuk menghadiri upacara atau apel pagi di kantor daerah Polewali Mandar. Kami ber-55 diperkenalkan sebagai pengajar dari Jawa yang akan mengabdi selama satu tahun di Polewali Mandar. Selanjutnya setelah selesai, kami (tim7) dibawa untuk melihat kondisi sekolah tempat mengabdi selama setahun mendatang. Selamat datang di SMAN 2 Campalagian. Kami baru tahu mengapa kami anggotanya paling banyak (tujuh orang) dibandingkan dengan teman-teman satu penempatan yang lain. Ini dikarenakan SMAN 2 Campalagian merupakan sekolah baru, perlu diketahui bahwa guru-guru yang mengajar juga meminjam dari sekolah-sekolah lain, dan sekolah ini baru ada angkatan pertama. Selain itu, bangunan SMAN 2 Campalagian juga sedang dalam proses pengerjaan, sehingga siswa-siswinya "menumpang" belajar di SMPN Satu Atap Katumbangan yang ada di sebelahnya. Sehingga dalam proses belajar dilakukan secara bergantian, jika pagi hingga siang digunakan untuk proses belajar siswa-siswi SMPN Satu Atap Katumbangan, maka untuk siang hingga sore hari digunakan siswa-siswi SMAN 2 Campalagian.

SMPN Satu Atap Katumbangan

Kami diantar Pak Ahmad (kepala SMAN 2 Campalagian) melihat bagaimana kondisi lingkungan yang digunakan untuk mengajar kelak. Kami dikenalkan pada kepala sekolah dan guru-guru SMP Negeri Satu Atap Katumbangan. Siang harinya kami dikenalkan kepada murid-murid SMAN 2 Campalagian secara singkat dan esok akan mulai mengajar. Kami juga dikenalkan dengan keluarga Kakek Kamaega, di rumah beliaulah kami akan tinggal. Kelak aku akan bercerita betapa baiknya keluarga kakek. Sore harinya, kami pulang ke rumah Pak Ahmad karena selama 2 hari sejak dijemput Pak Ahmad di Dinas Pendidikan Polewali Mandar, kami menginap di rumah Pak Ahmad. 
 SMAN 2 Campalagian sedang dalam proses pembangunan

Masuk Kelas untuk Pertama Kalinya
Deg-degan tentu saja, bertemu dengan orang-orang baru selalu saja membuatku senam jantung. Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku? Bagaimana kalau mereka menganggapku aneh. Huft. Hari selasa, 6 September 2016 ada jadwal bahasa Indonesia, itu tandanya aku akan masuk kelas untuk pertama kalinya. Pukul 13.00 WITA (senang juga sekarang ga cuma nulis WIB saja) jadwal masuk kelas XA.
“Assalamualaikum...” Kataku.
“Waalaikumsalam..” Jawab mereka.
Tiba-tiba aku menulis namaku di papan tulis dengan ukuran yang besar-besar, TONDO LISTYANTOKO. “Jadi nama saya adalah Tondo Listyantoko, kalian bisa panggil saya Pak Ton atau Pak Tondo. Itu terserah kalian.” Kataku setelah selesai menulis nama di papan tulis. Hening lama, aku melihat mereka saling bertatap satu sama lain, hingga akhirnya mereka tertawa. Ahh pastilah karena namaku yang aneh hingga mereka tertawa. Tapi, kelak aku baru tahu jika Tondong berarti tengkuk dalam bahasa Mandar. Hari itu, belum ada materi. Setelah itu aku presensi mereka satu-satu dan mencoba untuk menghapal nama-nama mereka, meskipun rasanya sulit sekali untuk menghapal nama-nama mereka. Kemudian, aku mengajak mereka untuk game “Raja Berkata”, game ini menguji konsentrasi, di sisi lain supaya lebih dekat dengan mereka. Mereka antusias sekali, kemudian level permainan ditingkatkan, hingga siapapun yang kalah harus maju ke depan kelas dan mendapat hukuman. Satu-satunya pemenang akan menghukum teman-teman yang berada di depan kelas. Pada akhirnya hanya ada satu pemenang (jujur aku lupa pemenangnya) dan menghukum teman-temannya untuk bernyanyi. Aku request mereka menyanyi lagu Mandar, mereka akhirnya mau bernyanyi lagu Mandar dan lagi-lagi aku lupa judulnya (Ampun deh ni otak...!). Jam selesai, sebelum aku keluar dari ruang kelas, aku memberi tugas pada mereka: untuk pertemuan selanjutnya mereka membuat name tag dan di tempel di dada mereka, ukuran hurufnya harus besar agar aku dapat membacanya. Aku menambahkan satu hal lagi, sekreatif mungkin! (Tapi kelak mereka hanya membuat dengan kertas yang mereka sobek dari buku mereka, itupun dibuat sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai.) Begitu juga dengan kelas XB, aku melakukan hal yang sama seperti kelas XA, setelah presensi kemudian game. Sama seperti kelas XA, kelas XB juga tertawa terbahak-bahak mendengar namaku, alasannya sama: namaku mirip dengan kata “Tondong” yang berarti tengkuk dalam bahasa Mandar. Ahh, lega rasanya masuk kelas untuk pertama kalinya. Perjalanan mengajar di tanah Mandar dimulai hari itu. Sepertinya akan banyak kisah yang tak terduga dan satu tahun akan berlalu begitu cepat.



 Masuk kelas untuk pertama kalinya: menyenangkan!!


***


You Might Also Like

0 comments