Road to Polewali Mandar

17 Hari Prakondisi
“Lhoh katanya gak mau jadi guru, kok sekarang malah ikut SM-3T?”
“Seriusan ikut SM-3T?”
“Kamu ikut SM-3T? Eh....bentar SM-3T itu apa?”
Itulah beberapa kalimat yang teman-temanku lontarkan ketika aku memberi tahu mereka bahwa aku lolos SM-3T. SM-3T yakni sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, orang awam menyebutnya dengan mengajar di daerah pelosok atau pedalaman. Kaget, tentu saja, ini merupakan salah satu keputusan besar yang aku ambil dalam hidupku. Mamak dan Bapak, mereka memberi selamat dengan canggung, ada nada sedih dalam kalimat yang mereka ucapkan. Iya, sedih karena anak lelaki mereka satu-satunya harus pergi meninggalkan rumah selama satu tahun dan hidup di daerah pelosok. Mereka khawatir tentu saja, tetapi selama beberapa hari sebelum berangkat prakondisi, aku meyakinkan mereka bahwa semua akan baik-baik saja. Dengan alasan aku ingin melihat dunia luar dan aku ingin keluar dari zona nyaman yang sudah membuatku bahagia selama ini.  
Prakondisi selama 17 hari di Akademi Angkatan Udara membuat aku melakukan banyak hal untuk pertama kali; tidur di tempat tidur lipat ala-ala tentara, makan menggunakan ompreng (porsi tentara), mandi (mandi sampai harus berebut), makan ular untuk pertama kali, punya keluarga baru, tidur hanya beberapa jam saja, dan masih banyak hal lainnya. Tujuan prakondisi adalah agar kita bisa survive di daerah pelosok kelak. Setelah 17 hari “karantina” di AAU aku pulang ke rumah, ada jeda 3 hari sebelum aku akhirnya berangkat ke daerah penempatan. Aku ditempatkan di salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Barat: POLEWALI MANDAR. 

 Aku dan mbak Indah, dia ditempatkan di NTT

Kontingen bahasa Indonesia UNY: Ditdot, Hendrul, Dyah, Afifah, Mbak Windu, Mbak Rahma, Mbak Indah, kelak aku pasti rindu mereka!

Crew 56 siap ke Polewali Mandar

Ke Polewali Mandar
4 September 2016, pukul 03.30 WIB aku diantar keluarga sampai di depan auditorium UNY. Aku pamit, mencium tangan bapak dan mamak. Aku tahu mamak menahan tangis, ia tak mau aku melihatnya menangis, bapak bahkan tidak turun dari mobil. Ia hanya berkata lirih dan pelan, “hati-hati mas”. Aku tahu mereka sedih, satu-persatu anak-anak mereka pergi menapaki takdir masing-masing. Kemudian ada prosesi upacara sebentar sebelum aku dan teman-teman satu daerah penempatan berangkat ke bandara. Hingga pada akhirnya, kami sampai di bandara Adi Sutjipto. 
 Yeaaa naik pesawat untuk pertama kali dan duduk dekat jendela. Sedaaap!

Ada perasaan bahagia, yapp aku akan naik pesawat untuk pertama kalinya, aku akan ke luar pulau Jawa untuk pertama kali. Kami menaiki pesawat Garuda berukuran kecil dengan tujuan Makassar. Kami sampai di Makassar sekitar pukul 11.30 WITA. Sudah ada dua bus yang akan mengantar kami ber-55 (Karena masalah kesehatan, mas Taufik tidak jadi ikut berangkat ke daerah penempatan) ke Polewali Mandar dan perjalanan ke Polewali Mandar dari Makassar memakan waktu sekitar 6 jam.
 Sampai di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar

Sekitar pukul 18.30 WITA, kami sampai di Dinas Pendidikan Polewali Mandar dan bapak-ibu kepala sekolah yang akan kami tempati sudah menunggu kami. Pada acara penerimaan tersebut, diumumkan bahwa 55 orang akan ditempatkan ke 11 Kecamatan yang ada di Polewali Mandar, yaitu Campalagian, Polewali, Wonomulyo, Matakali, Anreapi, Alu, Tinambung, Balanipa, Tapango, Mapili, dan Limboro.
Aku ditempatkan di SMAN 2 Campalagian dengan kepala sekolah bernama Drs. Ahmad, M.Si., aku bersama enam orang lainnya yakni Budi Sulaiman (Sosiologi), M. Safi’i Aris Saputro (Penjaskes), Anggriawan Susanto (Matematika), Dyah Winengku (Ekonomi), Dewi Indah (Bahasa Inggris), dan Widhi Astuti (Biologi) ditempatkan di SMAN 2 Campalagian yang beralamatkan di Jl. Poros Katumbangan-Botto, Kec. Campalagian, Kab. Polewali Mandar.

 1 Tahun pasti begitu cepat!
 

“Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan). Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. -Imam asy-Syafi’i-
***

You Might Also Like

0 comments