Surat Untukmu Pertama

1 Februari 2017
Sejak kapan perasaan itu datang? Aku tak tahu pasti. Aku meyakini bahwa perasaan itu hanya akan sebentar dan berlalu begitu saja. Tapi aku salah, perasaan itu berdiam lama bahkan hingga detik ini perasaan itu tak berubah sedikitpun. Enam bulan yang menyenangkan, tak ada sedikitpun keraguan. Melihatmu lagi setelah beberapa purnama tak bersua membuatku bertanya-tanya tentang bagaimana kabarmu dan apa yang sedang kau kerjakan. Aku tidak pernah menyangkal hal ini, bahwa berbicara denganmu selalu membuat perasaanku menjadi lebih baik.

Sekarang aku menjadi orang yang melankolis, aku tak bisa menyalahkanmu tentu saja. Detik-detik tertentu aku selalu mengingatmu, klise memang, tapi itu yang hanya bisa kulakukan, merindukanmu. Mungkin ini berlebihan, tapi detik terbaikku adalah detik di mana aku memikirkanmu. Apapun yang terjadi aku tak bisa melepaskan perasaan ini dengan mudah. Logika kadang tak sejalan dengan rasa, mereka saling menyangkal satu sama lain, mungkin itu memang benar bahwa kadang aku membiarkan logika berbicara tapi hal itu tak sependapat dengan perasaanku.

Ini membuatku hari-hariku semakin sibuk, ada waktu di mana aku merindukanmu. Ya, aktivitas terbaru untuk saat ini adalah di mana aku menunggu balasan pesanmu. Aku tahu bahwa jarak menciptakan sebuah kerinduan. Aku harap kau tak akan pernah terganggu dengan hobi baruku: menanyakan keadaanmu. Aku hanya ingin memastikan kau akan selalu baik-baik saja. Setidaknya kita masih di bawah langit yang sama memandang rasi-rasi bintang yang begitu indah, sepertimu. Ah, aku mulai meracau, entah untuk saat-saat ini membicarakanmu rasanya menyenangkan dan tak akan ada habisnya.

Kamu tak akan pernah tahu bahwa segalanya tak berjalan normal sekarang ini. Sejak saat kau menginvasi otakku, semua tidak sebagaimana mestinya. Kau datang tiba-tiba dan mendobrak pertahanan otakku, mengobrak-abrik pikiranku. Tolong, aku tak mau hanya memikirkanmu seharian dan tak melakukan hal lain. Bisakah kau berbicara pada pikiranku agar dia mau sedikit saja membuatku memikirkan hal lain selain dirimu. Pada akhirnya aku akan membuat sebuah pengakuan, kau yang enam bulan ini hadir terus-menerus di pikiranku. Sejak itu aku akan pada keyakinanku: menyukaimu dalam diam.
¤¤¤

You Might Also Like

0 comments