See You Again
Aku rindu dengan keluarga di Magelang. Beberapa kali
di sini aku merindukan Bapak dan Mamak. Masih teringat ketika mereka mengantar
sampai auditorium UNY pagi-pagi buta. Memandang mereka begitu lama dan
lekat-lekat bahwa aku tahu kenyataannya kelak satu tahun tak akan melihat wajah
mereka secara langsung. Pada akhirnya mereka ikhlas aku melanglang buana hingga
pulau seberang. Meski sering telepon atau video call (syukurlah sinyal internet
di sini bagus) hal itu masih saja kurang, rasa-rasanya ingin memeluk mereka
walau sebentar. Mamak yang selalu ingin tahu ceritaku di sini, apa yang
dilakukan putra semata wayangnya, bagaimana kondisiku, apakah aku selalu makan
dengan teratur atau tidak.
“Udah makan belum?” Tanya Mamak.
“Udah Mak, makan ikan laut tiap hari di sini,”
jawabku.
“Enak dong, mahal?” tanyanya lagi.
“Nggak Mak, kayaknya lima ribu ato sepuluh ribu udah
dapet sekantong krésék gedé.” Jawabku.
Atau tiba-tiba aku bercerita hal random ujung-ujungnya
curhat,
“Maaaak, sandalku digondol anjing Mak,” aku teriak
setelah teleponnya nyambung.
“Lhaaah sandal yang mana?” Tanya Mamak.
“Sandal gunung Mak, yang warnanya coklat.” Aku masih
teriak-teriak, takut Mamak ga denger.
“Lhoh kok bisa si??” Tanya Mamak lagi, nadanya panik.
“Tau deh Mak, keknya anjing-anjing sini ganas-ganas,
tiap malem aja keknya pada tawuran gitu.” Aku menjelaskan.
Mamak tertawa, aku juga. Kami sama-sama tertawa.
Bapak lain lagi, ia lebih sering bertanya tentang
pekerjaanku, selalu meyakinkan bahwa jalan yang aku ambil tak pernah salah
karena diawali niat. Waktu itu video call-an sama Mbak Endah, terus ada Bapak.
“Haloo Mas,” kata Bapak. Aku bingung, ini layar kok
jadi hitam tapi ada suaranya. Tiba-tiba dari kejauhan Mbak Endah teriak, “Pak
itu video call, hapenya jangan ditempel di telinga, liat layarnya aja.”
Aku tertawa, pantas saja layarnya hitam ternyata Bapak
nempelin hapenya ke telinga, dikiranya aku telepon. Maklum saja Bapak baru
pertama kali video call. Kami ngobrol tak lama, kami saling bertanya kabar.
Alhamdulillah kondisi Bapak sudah mendingan, sebelum aku pergi Bapak selalu mengeluh
sakit di kakinya.
“Gimana kerjanya? Enak?” Tanya Bapak.
“Alhamdulillah Pak, kemaren ngajar SMP juga jadi agak
capek ini. Kalo libur buat tidur.” Kataku.
“Ya disehat-sehatké. Jaga kesehatan!” Pinta Bapak.
“Nggih Pak!” Jawabku.
Kadang aku rindu tawa mereka secara langsung, tak apa tawa
mereka yang kudengar saat aku bercerita hal-hal yang tak biasa di sini juga membuat
hatiku hangat. Pada saat menulis tulisan ini aku pun dalam keadaan merindukan
mereka. Sedih rasanya ketika Mbak Tina menikah Desember lalu dan aku tak bisa
pulang, sebelumnya Mamak yang meyakinkanku bahwa tak masalah jika aku tak bisa pulang.
Aku menghela napas, aku bisa saja pulang dan berkumpul dengan mereka, tapi
rasa-rasanya kondisi tak mendukung untuk semua itu. Aku hanya bisa mendengar
cerita mereka dari telepon.
Kemarin di whatsapp grup, aku, Mbak Endah, dan Mbak
Tina membicarakan tentang rencana lebaran, dari situ aku tahu kelak lebaran
Mbak Endah dan Mbak Tina akan tetap di Magelang karena aku tak bisa pulang.
Sedih ketika tahu saat semua berkumpul dan aku tak ada di dekat mereka. Tiba-tiba
ingin rasanya memutar See You Again
dari Carrie Underwood, lagu yang pas untuk backsong keadaan saat ini. Suka saat
part, “Cause I know I’ll never be lonely,
for you are the stars to me, you are the light I follow..” Aku menyematkan
lirik tersebut untuk mereka, keluarga, bahwa mereka cahaya yang akan aku ikuti
ke manapun mereka pergi. Asalkan aku tak pernah merasa sendiri dan kesepian.
Ada part lain yang mengatakan, “Where the water meets the sky, the tought of it makes me smile, you
are my tomorrow...” Ini lirik yang menyentuh, yes! Karena mereka adalah
esok bagiku. Mereka alasan terbesarku untuk tetap bertarung dengan keadaan ini.
Mereka yang membuatku tertawa saat dunia tak berada di pihakku. Aku tahu mereka
memelukku dengan doa, memelukku dari jauh.
Lirik di bagian bridge juga menyentuh sekali, “Sometimes I feel my heart is breaking, but
I stay strong and I hold on cause I know I’ll see you again, this is not where
it ends, I will carry you with me...” mereka menguatkan dan menenangkan
sekaligus. Entah bagaimana caranya, yang kutahu aku sangat nyaman berada di dekat
mereka, perlindungan yang begitu kuat. Mereka tak pernah menghakimiku justru
membimbingku, itu yang terpenting.
Ya, memang aku merindukan mereka, mendengar suara
mereka secara tak langsung pun sudah cukup membuatku bahagia. Bapak, Mamak,
Mbak, tunggu enam purnama lagi. Tunggu kepulanganku. Salam rindu untuk kalian, untuk
sekarang ini aku hanya bisa berkata, “Till
I see you again...”
¤¤¤
0 comments