Review: Teacher's Diary
Teacher’s Diary merupakan film Thailand yang dirilis pada
tahun 2014. Film ini disutradarai oleh Nithiwat Tharatorn. Dua bintang utama
film ini adalah Sukrit Wisetkaew dan Chermarn Boonyasak. Film ini mengisahkan
dua orang guru dengan waktu yang berbeda mengajar di sekolah apung yang
terdapat di danau terpencil. Pak Song yang baru datang ke sekolah apung
tersebut merasa pesimis dengan kondisi sekolah tersebut, pada akhirnya dia
mengajar empat siswa dengan tingkatan yang berebeda-beda dan memiliki karakter yang
berbeda-beda pula.
Satu-satunya cara mengusir rasa kesesepian yang dialaminya
adalah dengan membaca buku harian dari Bu Ann (guru sebelumnya di sekolah apung
tersebut). Dari buku harian tersebut Pak Song mempelajari segala hal tentang
kepribadian Bu Ann, hingga akhirnya dia jatuh cinta pada Bu Ann melalui
tulisan-tulisannya. Bisa dikatakan semangat mengajar Pak Song timbul karena
tulisan-tulisan sederhana dari Bu Ann. Cerita kemudian berkembang dan melibatkan
perasaan antar dua tokoh yang tidak pernah bertemu. Buku harian itulah yang
menghubungkan mereka bersama-sama. Ending cerita yang tidak mudah ditebak
membuat kita akan tersenyum sendiri dan mengharapkan sesuatu yang lebih.
Kekuatan film ini ada pada cerita, akting para pemain,
sinematografi, dan tata musik yang membuat film ini patut diacungi dua jempol. Cerita
yang disuguhkan dalam film ini memang berbeda dari kebanyakan film-film
romantis lainnya. Film ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya
saja dari segi kisah romantis yang mengedepankan dua tokoh yang berhubungan
hanya dari buku harian karena sebelumnya belum pernah bertemu, kemudian segi
edukasi dimana terdapat sekolah apung di sebuah danau terpencil yang siswanya
tidak lebih dari lima orang, kegigihan dan semangat mengajar kedua guru yang
patut kita apresiasi, bahkan tidak jarang mereka menjumpai binatang buas, badai,
bahkan hingga mayat.
Editing film yang menakjubkan karena membagi film secara
rata untuk adegan Bu Ann dan Pak Song sehingga cerita tetap utuh dan berhubungan.
Akting kedua tokoh utama juga patut diapresiasi, chemistry yang
terbangun sungguh apik walau mereka jarang ditampilkan dalam satu adegan.
Akting keduanya untuk menampilkan komedi segar mengalir begitu saja, jika Pak
Song menghadirkan komedi dari tingkah lakunya, maka Bu Ann menghadirkan komedi dari
dialog-dialog yang diucapkannya.
Hal lain yang membuat film ini indah adalah dari segi
sinematografi dan tata musiknya. Pengambilan gambar pemandangan danau menjadi
suatu sajian tersendiri, berbagai sudut ditonjolkan agar kesan cantik dan indah
dapat sampai ke pononton, lihat saja senja di danau atau pemandangan malam di
danau tersebut. Sederhana namun terkesan mahal. Bahkan saat adegan datangnya badai
ditampilkan bagaimana badai memporak-porandakan sekolah apung tersebut. Satu
hal lagi yakni efek musik yang mendukung keseluruhan film, saat adegan ceria
dan komedi maka musik yang dihadirkan juga musik yang bertempo cepat, sedangkan
saat adegan sedih maka musiknya juga sedih. Kedua faktor tersebut menambah
warna tersendiri bagi film ini.
Sederhana, bermakna, cantik, hangat, manis, dan lucu adalah
kesan yang hadir saat menonton film ini. Bahkan meskipun dekat dengan hal
edukasi film ini mengajarkan sesuatu hal yang bermakna tanpa bermaksud
menggurui siapapun yang menonton film ini. Mungkin bagi sebagian orang alur yang
maju-mudur berkali-kali akan sedikit membingungkan dan durasi film yang terlalu
panjang juga untuk sebagian orang akan membosankan. Tetapi jika melihat lebih
dalam mengenai apa yang ditawarkan film ini semuanya akan terbayar dengan
lunas. Di samping romantis, film ini membuat kita untuk membuka mata terhadap
apa yang ada di sekitar kita, kita hendaknya selalu bersyukur dengan apa yang
kita peroleh. Film ini akan meninggalkan senyum di wajah kita serta perasaan
lega karena semuanya selesai sebagaimana seharusnya.
0 comments