Catatan di Polewali Mandar #7
Go...go...SMK!
SMK ini bukan kepanjangan dari sekolah menengah
kejuruan, tapi kepanjangan SMK di sini adalah Sepedaan Muter Katumbangan.
Awalnya karena ada sepeda Kakek Kamaega yang sering tidak terpakai waktu sore,
maka aku meminjam sepeda Kakek untuk berkeliling Katumbangan. Sepeda Kakek bisa
dibilang sudah tua, terlihat dari beberapa bagian sepeda yang sudah berkarat,
kadang jika sedang ngambek rantai sepeda bisa lepas dengan sendirinya. Jika
pagi, sepeda dipakai Kakek Kamaega ke kebun atau sawahnya yang jaraknya cukup
jauh. Terkadang Kakek juga pergi ke kebun atau sawahnya saat sore hari setelah
asar. Jadi untuk bersepeda dengan sepeda Kakek waktu paling tepat adalah sore
hari mengingat terkadang Kakek juga memakainya waktu sore hari.
Rute awal bersepeda sore hari adalah dari Kanari
(rumah Kakek) kemudian melewati Dusun Ujung, belok kiri ke dusun Panggalo
hingga kembali ke Kanari. Atau bisa juga ke Kampung Baru dan Dusun Masigi,
hingga ke arah Desa sebelah yakni Desa Katumbangan Lemo. Memang jarak antar
dusun tidak terlalu jauh, sehingga jarak bisa disesuaikan dengan waktu dan
tenaga saat bersepada sore hari. Jika masih memungkinkan, rute yang ditempuh
bisa hingga Desa Katumbangan Lemo bahkan pernah bersepeda hingga ke kantor
Kecamatan Campalagian bersama Mbak Dewi yang jaraknya sekitar 7-8km dari
Kanari. Atau bahkan bisa sampai Kecamatan sebelah, yakni Kecamatan Luyo dengan
melewati jalan poros Polewali Mandar-Majene. Semua disesuaikan dengan waktu,
tenaga, dan kondisi sepeda Kakek.
(Si Kembar)
(Arpin dan Kai)
Penamaan SMK juga tercetus begitu saja, karena
bersepada hanya sekitar kawasan Katumbangan maka tercetuslah ide untuk menamai
kegiatan sore hari bersepeda dengan nama SMK (Sepedaan Muter Katumbangan).
Bersepeda bisa sangat menyenangkan, dulu awal ada anak-anak SMP yang ikut
sepeda, Mas Budi (hanya sekitar seminggu), Mbak Dewi (tapi setelah sepeda
menantu Kakek yang biasanya dipakai Mbak Dewi rantainya tak ada, Mbak Dewi
memutuskan untuk hiatus dari aktivitas bersepeda). Pada akhirnya SMK memiliki
anggota tetap: Aku, Kai, si Kembar (Arpan-Arpin), dan Ruslan. Mereka adalah
anak-anak SMP yang tinggal di Kanari, aku pernah mengajar mereka di SMP, pernah
memarahi mereka pula. Mereka saling bersaudara, si Kembar sepupu satu kali
dengan Ruslan, sedangkan Kai sepupu dua kali dengan si Kembar. Kai sang ketua
kelas, si Kembar yang berbeda kepribadiannya, dan Ruslan yang bandelnya minta
ampun. Intinya mereka saling bersaudara dan mereka berempat pula yang
menemaniku ber-SMK! Kadang mereka yang memilih rute dan setelah 5 bulan hidup
di sini aku baru mengeksplorasi desa ini. Menyesal karena setelah 5 bulan aku baru
melihat banyak tempat di desa ini, dan ternyata 5 bulan ini aku hanya
glundungan tidak jelas setelah mengajar.
Setelah salat magrib di masjid Kai mendekatiku dan
berkata, “Pak, besok setelah salat subuh sepedaan ya!” Aku mengiyakan karena
kebetulan besok hari minggu. Keesokannya setelah salat subuh aku, Kai, si
Kembar, dan Ruslan merealisasikan rencana kami malam sebelumnya. Di sini tidak
ada lampu jalan, sehingga berbekal intuisi dan lampu remang-remang rumah warga
kami bersepeda setelah salat subuh. Sampai pada pukul 07.00 WITA, kami puas
bersepeda pagi-pagi. Rencana kami selanjutnya adalah pergi ke sawah si Kembar,
aku minta sore hari agar dapat melihat sunset
dari sawah dan mereka mengiyakan. 22 Februari 2017, SMK eksplor sawah
Katumbangan. Sayang sekali Arpin tidak ikut dalam eksplorasi kali ini, semenjak
kejatuhan kelapa, mamaknya sangat protektif sekali. Bahkan sepedanya juga disita
agar ia tak keluyuran. Kejadian kejatuhan kelapa sempat membuat geger, Arpin
harus dirujuk ke RSUD Polewali Mandar karena sempat tak sadarkan diri, kata
mamaknya bahkan Arpin kritis.
Perjalanan ke sawah tidak begitu sulit, sawah ini
terletak tidak jauh dari Kanari, melewati Kampung Baru dan jalan setapak. Sesampainya
di area persawahan, mereka menunjukkan jalan yang harus dilalui agar bisa
sampai ke sawah si Kembar karena area persawahan di sini luas sekali. Melewati
jembatan yang dibawahnya ada sungai kecil, pemandangannya sungguh luar biasa.
Langit sore itu sangat cerah, aku yakin pasti dapat melihat sunset. Sengaja aku membawa kamera untuk
mengabadikan momen ini, kadang aku meminta tolong Kai untuk memotretku dengan
latar pemandangan sawah. Sungguh indah sekali dan senang rasanya memori masa
kecil terputar kembali dengan adegan bermain di sawah bersama teman-teman. Setelah
sampai di sawah si Kembar dengan penuh perjuangan (dikarenakan aku sering
mengangkat sepeda untuk melewati jalan sawah yang sempit) kami singgah di gubuk
sawah si Kembar sambil makan tumbuhan sawah yang aku lupa namanya.
Matahari terbenam dengan cantik sekali, kami harus
segera bergegas untuk pulang karena hari akan gelap. Di tengah perjalanan
pulang, kami mendengar sayup-sayup suara azan dan kami menambah kecepatan
sepeda kami agar cepat sampai rumah. Sore yang menyenangkan bersama mereka ditambah
dengan disuguhi pemandangan sawah dan matahari terbenam yang cantik. Sepedaan
Muter Katumbangan masih tetap melanjutkan aktivitasnya dengan bersepeda
mengelilingi Katumbangan, kadang kami singgah ke Maloso (sungai) pernah kami
sampai turun ke sungai dan bermain sebentar. Pada akhir-akhir ini aku lebih
sering sendiri bersepeda, Kai dan si Kembar sedang gemar sepak takraw sehingga
aku tak mau mengganggu mereka. Bersepeda sendiri ternyata juga menyenangkan dan
lebih kepada proses healing yang
ampuh. Tinggal pakai earphone dan play lagu-lagu yang sedang ingin kudengar,
bersenandung di atas sepeda dengan selir-semilir angin yang menerpa merupakan
hal sederhana yang membahagiakan. Sekian cerita hari ini. Go...go...SMK!!
¤∞∞¤∞∞¤
0 comments