Surat Untukmu Kesepuluh
11
Februari 2017
Kita sedang di sebuah pesta dansa, di sebuah ballroom yang
sangat luas. Aku mengenakan tuxedo
berwarna hitam dan kau mengenakan gaun berwarna putih yang sangat cantik. Kau sangat
cantik malam itu, kau membiarkanku mengenggam tanganmu ketika semua orang
melihat ke arah kita. Begitu banyak orang-orang yang berdansa di sana, mereka
berdansa seperti tak akan ada hari esok, sepanjang malam akan diadakan pesta
dansa yang sangat meriah. Musik dansa sudah menggema di seluruh ruangan, aku
dan kau sama-sama merasakan musik yang siapapun mendengarnya akan seperti
merasa diajak untuk menari. Dansa sebenarnya bukan hal yang kusuka, aku tak
bisa berdansa dan gerakanku sungguh kaku. Tapi aku lega karena ada kau sebagai
teman berdansaku, gerakanmu sungguh anggun, siapapun yang akan melihatnya akan
terpana.
Aku berharap aku dapat mengimbangimu di setiap
gerakanmu, kau membimbingku dengan sabar, ya aku begitu payah dalam berdansa. Lantai
dansa sudah sesak dengan orang-orang yang berdansa dengan pasangan mereka
masing-masing. Lagu mulai diputar, aku mendengar bisik-bisik pasangan yang
berdansa di samping kita bahwa lagu ini sangat sesuai untuk dansa malam
romantis, katamu ini musik untuk dansa jenis waltz. Tentu saja aku tak paham jenis-jenis dansa, aku hanya
mengangguk ketika kau menjelaskan seperti apa dansa waltz itu. Kau memimpin, aku tinggal mengikutimu, kau meraih
tanganku dan menyuruhku untuk mengambil napas terlebih dahulu, kau menyuruhku
mendekat hingga kita cukup dekat dan jantungku menjadi tak karuan. Kau
memintaku agar mataku tetap menatap lurus ke depan, itu sama saja kau memintaku
untuk memandang wajahmu, lekat-lekat. Kau memintaku untuk merasakan musiknya,
bahwa musik akan menuntun badanku harus bergerak bagaimana. Tiba-tiba kau
menyuruhku untuk mengangkat tubuhmu ke atas, kau berbisik padaku, “Berjanjilah kau tidak akan menjatuhkanku,”
aku terperanjat hingga tanganku secara refleks mengangkatmu ke atas. Semakin lama aku bisa merasakan irama
musiknya, ya bersamamu semuanya menjadi lebih baik.
Kali ini aku berkata padamu, “Raih tanganku, biar aku yang mengambil alih dari sini,” kau
mengangguk, kemudian aku berbisik pelan di telingamu, “Kau akan aman dan jangan pernah takut untuk jatuh karena aku akan
menangkapmu dengan baik”. Hmmm, aku berpikir bahwa hatiku akan pergi
kemanapun kau melangkah. Dan beruntungnya aku ketika bisa berdansa dengan
seseorang sepertimu. Malam menjadi milik kita sepenuhnya, hanya ada musik dan
gerakan kita. Sayang, itu semua hanya mimpiku, ya mimpi adalah bunga tidur. Dan
semua menjadi kacau ketika aku terbangun dari tidurku. Aku tak ingin mimpi itu
berakhir dengan cepat, aku masih ingin berdansa denganmu.
¤∞∞¤∞∞¤
0 comments