Surat Untukmu Kesembilan



10 Februari 2017
Lelaki bodoh itu aku. Ya, aku yang sedang menulis surat ini untukmu. Aku belum pernah membawakanmu seikat bunga yang cantik. Bunga yang kau sukai, yang mungkin akan kau cium sambil berkata, “Cantik!”, kau tak akan tahu bahwa kau lebih cantik dari bunga itu. Aku belum pernah mengikatkan tali sepatumu yang lepas. Bisa saja kau akan berkata, “Hei, aku bisa mengikat tali sepatuku sendiri,” dan kemudian aku akan menjawab, “Sudah diamlah, kau bisa apa tanpaku,” kataku sambil mengikatkan tali sepatumu. Aku belum bisa mengajakmu ke taman bermain di mana kita akan mencoba semua wahana permainan di sana hingga kita akan menatap senja dari dalam bianglala paling atas. Aku belum bisa mengajakmu ke tempat-tempat di mana hanya kita yang tahu tempat itu, kau dan aku akan menjelajah kemudian bersenang-senang melupakan sejenak dunia yang penuh keramaian.

Aku belum bisa membuatkan lagu cinta untukmu, kau tak akan tahu sulitnya merangkai melodi-melodi indah yang tak akan mudah dilupa. Apalagi menuliskan lirik yang membuatmu terharu karena kata-kata di dalamnya yang menggambarkan kisahmu bersamaku. Aku belum bisa menggenggam tanganmu di keramaian, bukannya aku takut kau hilang, aku ingin menunjukkan pada dunia bahwa aku punya dirimu di sisiku. Aku mau orang lain berpikir aku adalah orang paling beruntung di dunia ini. Aku belum bisa mengajakmu menonton film romantis layaknya orang-orang yang sedang dimabuk asmara, kita pasti akan membahas film itu selanjutnya, kau akan berpendapat bahwa film itu bagus tapi aku tidak berpikir demikian, kita berdebat hanya untuk sebuah film. Aku belum bisa membuatmu duduk di boncengan sepedaku, aku tetap mengayuh sepeda dengan peluh yang menetes deras dan kau akan melingkarkan tanganmu di perutku. Kau tetap saja berbicara banyak hal dan aku fokus mengayuh sepeda yang sudah usang. Aku belum bisa mengajakmu melihat rasi-rasi bintang di malam hari, akan lebih menyenangkan jika kita bisa melihat bintang-bintang bersama. Kita akan mencoba menebak rasi bintang apa yang kita tunjuk, kita sambil berbaring di atas tanah dan tangan kita sama-sama menunjuk ke atas. Aku belum bisa mengajakmu menerbangkan lampion-lampion cantik di malam hari, kita sama-sama menulis harapan-harapan kita dan menerbangkannya bersama. Kita akan berharap apa yang kita tulis di lampion itu akan terwujud bagaimanapun caranya.

Maaf, aku belum bisa melakukan banyak hal denganmu.
¤∞∞¤∞∞¤

You Might Also Like

0 comments