Surat Untukmu Kedua Belas
13
Februari 2017
Aku tak akan pernah berani memikirkan bagaimana hari
esokku bersamamu. Selamanya tak akan pernah bisa, biarkan semuanya menjadi
angan-angan yang akan tetap terkubur di sudut terdalam imajiku. Saat pertama
kali aku menyukaimu, aku merengkuh dalam-dalam kalimat, “Selamat datang cinta,” ya, aku memutuskan untuk menyukaimu. Dengan
segala perasaan hatiku dari lubuk paling dalam, yang aku tahu semua dunia
menjadi berbeda dan tak lagi sama. Matamu mengatakan segalanya, kau memandangku
begitu lekat seolah kau mempercayaiku akan segala hal. Denganmu sepiku kan
berganti, hidupku menjadi ramai namun
tetap dengan cara yang menakjubkan.
Aku tak lagi menjadi seseorang yang meragu lagi,
bahkan kini aku belajar untuk mulai sedikit demi sedikit tak lagi menjadi penakut.
Menjadikanmu seseorang yang kusuka membuatku belajar arti keberanian, aku
bahkan menyambut hadirmu dengan tangan terbuka. Kita bisa berbagi rahasia
kehidupan di mana kita yang hanya tahu. Cinta tak akan pernah salah memilih, jika
kau tak bersamaku pada akhirnya itu karena takdir menginginkanku belajar.
Belajar untuk menyukai seseorang dengan indah, bagaimanapun caranya. Apa m au
dikata, takdir sudah bicara demikian. Aku tak pernah menyesali bahwa cintaku
pernah untukmu, kau pernah mengisi hari-hariku. Aku bisa bertahan karenamu, ya
karena sosok terbaik yang pernah ada di hatiku. Aku mencoba berpikir, sejauh
apapun aku melangkah asal ada kamu di sisiku. Menikmati perjalanan yang begitu
luar biasa, merekamnya dalam memori jangka panjang kita kelak.
Aku siap pergi jika benar-benar sudah waktunya, kenangan-kenanganku
akan berubah menjadi lembaran-lembaran kertas usang. Aku tak akan bersedih,
melihatmu dari jauh akan tetap menjadi hal yang membahagiakan untukku. Ini semua
tak ada yang salah, semua cerita sudah tertulis sebagaimana mestinya. Kau dan
aku bisa saja bukanlah pemeran utamanya, kita hanya figuran pada cerita-cerita
masing yang sekedar lewat namun membekas dalam ingatan. Namun, masing-masing
dari kita berpikir bahwa peranan kita pada cerita masing-masing tak akan pernah
bisa mudah dilupa. Kau pergi dengan cerita barumu begitupun denganku yang akan
menulis di lembar pertama lagi. Kesempatan
yang sudah diberikan tak dapat kita menfaatkan dengan baik. Di surat keduabelas
ini aku mulai meragu. Ragu pada kesempatan yang sepertinya mulai menipis atau
bahkan sudah habis. Semoga hal itu tidak berlangsung lama agar aku tetap menuju
hatimu dengan perjalanan yang indah.
¤∞∞¤∞∞¤
0 comments