Saya Muak, Selalu Saja Disalahkan


1 Desember 2013. Pukul 13:39

Saya paling benci jika saya selalu disalahkan, sedangkan saya sendiri tak tahu salah saya di mana. Sungguh aneh memang..
Saya ngetwit pada hari rabu tanggal 27 November 2013. Saya akui bahwa saya adalah orang yang mudah tersulut, tapi saya meresponnya dengan diam karena saya tak mau masalah jadi tambah meluas. Saya belajar dari pengalaman, saya tak ingin masalah yang ada merembet kemana-mana. Saya berharap semua baik-baik saja, tapi kejadian ini benar-benar mengusik. Pada malam itu saya ingin segera pulang ke Magelang. Tapi ada latihan drama sampai hari kamis. Pikiran sudah kalut, semua terasa rumit. Pada malam itu saya menulis 6 twit yang mungkin jadi curahan hati. Saya tidak bisa cerita sama orang-orang, karena mereka untuk saat ini tidak dipihak saya. Saya baru bisa cerita sama Gusti Allah, twitter, dan blog. Di twitter saya tak bisa bercerita panjang lebar. Ya, mungkin di blog ini saya bisa cerita sepuasnya. . .Setelah saya tahu bahwa ada pihak-pihak tak menyukai saya. Saya dianggap berlebihan dan nge-bete-in.
Ini twit saya yang pertama,


Saya orang yang tak mau punya masalah, bahkan sebelum itu saya sudah minta maaf dengan pihak-pihak yang mungkin sakit hati oleh omongan saya dan tindakan-tindakan saya. Kata mamak, saya harus bisa berjiwa besar, “karena seseorang yang bijak itu adalah orang yang mau mengakui kesalahan dirinya sendiri tanpa nunjuk orang lain yang dijadikan tameng atas kesalahan dirinya.” Saya sudah kalut dan bertanya-tanya dimana salah saya. Hingga selanjutnya saya nulis di twitter begini,
Saya memang begitu adanya, saya tak suka kepura-puraan. Maka dari itu, saya bangga menjadi diri saya sendiri. Saya tak mau memakai topeng hanya agar saya bisa diterima. Jika dengan menjadi diri sendiri saya dijauhi, ya itu adalah konsekuensi yang harus saya terima. Untuk apa diterima tapi kita terkekang dan sakit. Mending jadi diri sendiri bisa bebas dan menyenangkan. Saya juga paling benci dibohongi dan diberi sebuah kekecewaan. Jika sekali saja saya sudah dikecewakan, saya akan sulit percaya.
Hingga saya sadar duduk permasalahan yang sedang saya hadapi.

Orang-orang suka cerita permasalahan mereka itupun karena saya gak minta, mereka dengan sendirinya menceritakan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Makanya saya tahu kapasitas saya sebagai pendengar dan orang yang diminta untuk mendengar kisah mereka. Saya gak mau untuk menambahi ataupun memperkeruh masalah mereka, saya gak suka ikut campur urusan orang. Dulu ketika saya suka sekali ikut campur urusan, saya malah jadi terlibat jauh dan keseret permasalahan mereka. Gak enak rasanya tiba-tiba keseret dalam permasalahan yang sebenarnya kita tidak tahu. Maka untuk sekarang-sekarang saya gak mau terlalu ikut campur urusan orang lain.

Serius, saya juga gak pernah minta banyak orang untuk –jika mereka punya masalah- cerita sama saya saja, saya tidak seperti itu. Mungkin inilah yang disalah artikan oleh beberapa pihak bahwa saya yang selalu “diberi tahu” banyak orang adalah orang yang keren karena paling tahu tentang permasalahan orang-orang. Itu tidak benar!!! Saya bisa saja tertawa sekarang. Saya tegaskan bahwa posisi saya hanya sebagai pendengar dan pemberi saran (itupun jika dibutuhkan) karena saya bukan seorang psikolog. Ya kalo orang-orang mau cerita silahkan saja. Jika mereka minta saran, ya saran yang saya berikan adalah saran dari kacamata saya, karena saya tidak bisa memihak. Sebagai seorang pendengar saya berposisi netral dan tidak bisa untuk bermuka dua. Dan sebagai catatan, saya gak suka menyebarkan masalah-masalah orang. Itu sama sekali gak keren!! Saya gak mau dicap buruk sebagai biang gosip, paham kan??


Ini penting banget, please saya ingin hidup yang aman, tenteram, dan damai. Saya hanya bisa ikhlas jika orang-orang membenci saya, Ini memang takdir yang harus saya jalani. Pengalaman hidup 20 tahun ini yang bisa membentuk saya seperti sekarang ini. Saya akui teman saya sedikit banget. Sahabat aja bisa diitung pake jari. Karena bapak pernah bilang, “kalo temenan jangan terlalu deket-deket banget, nanti kalo ada masalah sedikit saja, pasti kelihatan banget bedanya.” Kata-kata bapak yang selalu saya inget sampai sekarang. SD, SMP, SMA, bahkan kuliah ini saya mengalaminya. Mau gimana lagi, saya itu adalah orang yang gampang banget untuk percaya sama orang, tapi saya juga gampang banget buat dibohongi. Makanya saya selektif banget kalo pilih teman.


Mungkin inilah twit paling kontoversi. Mungkin saya akan lebih terima jika saja mereka ngomong di depan saya sekaligus, bukannya di belakang. Ya, tapi mau gimana lagi, saya malah bersyukur karena tak semua orang tahu jalan pikiran kita kan??
Kata salah seorang teman, bahasa sosmed saya itu amburadul acakadut dan ancur, bisa saja saya intinya biasa, tapi orang-orang ngiranya saya ngajak ribut. Hahahah, ya..ya...ya saya akui bahwa saya tak pandai berbahasa sosmed, saya lebih suka ngomong langsung. Makanya saya selalu sering-sering minta maaf gitu kalo lagi ngetwit.
Akibat dari twit-twit saya, ada beberapa teman yang tanya keadaan saya, ngasih dukungan, bahkan minta maaf. Saya cuma mau dimengerti, itu saja.

Ini menjadi catatan terakhir, tiga hal yang selalu ditekankan mamak dan bapak: ikhlas, sabar, dan nrima. Bahkan bapak bilang, “mencari surga itu sulit.” Ya, benar sekali kata bapak...!! Surga memang susah untuk dicari. Bapak juga selalu bilang, “Jadi orang jangan nyakitin hati orang lain, surga langsung jauh lhoo.” Makanya sebisa mungkin saya sekarang gak nyakitin hati orang lagi dengan omongan saya atau tindakan saya. Saya lebih sering nglucu, karena di satu sisi bikin orang ketawa itu dapat pahala, di satu sisi saya jadi bisa sedikit melupakan masalah-masalah yang sedang hinggap di kehidupan saya.
Sekian.


You Might Also Like

27 comments