Tentang Sebuah Kehilangan
Minggu, 3 November
2013
Pukul 6:37 sore,
saat menunggu hujan reda ditemani segelas susu cokelat hangat.
Aku berpikir tentang
sebuah kehilangan. Semua orang pasti mengalaminya. Aku tersadar bahwa mungkin
bukan hanya aku saja yang merasakannya. Kehilangan berujung pada luka. Luka,
sebuah hal yang semua orang ingin hindari. Setiap orang memiliki lukanya
masing-masing, begitu juga dengan diriku. Aku masih belum menemukan
kebahagiaanku lagi yang dulu pernah aku rasakan. Aku masih berada pada
hari-hari kesedihanku. Aku tak dapat melaju ke jalan lapang, menuju sebuah hal
yang dinamakan kebahagiaan. Aku masih berhenti dan sibuk pada kekalahan hati
ini. Aku siap pergi tapi belum bisa sepenuhnya...
Aku seseorang yang
tak ingin dilupakan, aku hanya ingin tetap dianggap ada dan menjadi bagian dari
suatu kesatuan. Tapi rasanya caci maki dan cemooh adalah hal yang selalu
kudapat. Aku tak dapat mengangkat kepala dan melawan itu semua sendiri. Kini
semuanya berpikir tentang sebuah kehilangan. Aku kehilangan banyak sosok yang
membuatku lupa pada kesendirian dan kesedihan. Semuanya tak seperti dulu lagi. Tawa-tawa
mereka telah dimiliki orang lain...
Ketika segalanya
pergi, esensi dari semua ini adalah waktu yang perlahan-lahan melampaui batas
dan menyebabkan semua menjadi terlambat. Biar semua tetap menjadi kenangan yang
tertulis jelas dalam ingatan. Aku hanya mampu bertahan pada keyakinan yang ada
dalam diriku. Aku layaknya sedang berjalan jauh dan masih berharap ada ujung pada
jalan yang sedang aku lalui ini. Aku menghibur diri sendiri bahwa kisahku masih
panjang dan aku tak bisa selalu merasa sendiri. Masih ada lingkaran keluarga
yang selalu peduli denganku, sahabat-sahabat yang benar-benar ingin tahu
keadaanku bukan karena alasan apapun, mereka benar-benar hanya ingin tahu
keadaanku. Andai semuanya mudah dipahami, kisahku akan lebih indah tanpa aku
harus berjalan sendiri di jalan yang gelap ini karena aku percaya aku sedang
mengikuti arah cahaya yang diberikan orang-orang yang peduli denganku sebagai
penanda agar aku tak akan pernah tersesat lagi.
Aku sering sekali
dikecewakan, tolong...aku hanya ingin berjalan bebas dan memandang segala
sesuatu tanpa rasa takut dan tanpa rasa beban. Dan berharap kali ini saja aku
mengenal arti sebuah kehilangan. Ketika semuanya siap pergi, semua siap dengan
kebahagiaannya masing-masing. Ini mungkin cara Tuhan untuk sedikit demi sedikit
mengajarkanku apa itu perpisahan. Agar aku tak sedih lebih dalam jika sudah tiba
waktunya untuk benar-benar berpisah. Tuhan sudah mengajarkanku sedikit demi
sedikit untuk melepas. Itu saja.
Malam siap menyapa
dan aku di sini masih menunggu hujan reda hingga tak sadar bahwa aku sudah
menghabiskan segelas susu cokelat hangat.
***
0 comments