Perjalanan 15 Tahun Lalu
Pada tanggal 4 Januari kemarin aku, mamak, bapak, serta
keluarga yang lain pergi ke pantai. Entah ini yang ke berapa kali, kami hanya
mengantar adik mamak yang tinggal di Jakarta. Bersama istrinya, om ingin sekali
pergi ke pantai. Alhasil kami pun pergi mengantar mereka. Sesampainya di sana aku
hanya duduk-duduk bersama mamak, mbah putri, tante dan budhe. Aku juga menjadi
juru foto om dan tante sesekali. Hingga cahaya matahari benar-benar di atas
kepala, saya memutuskan untuk duduk di tempat yang sudah disewa oleh keluarga.
Bapak menunggu di parkiran. Kami lapar dan mengambil makanan yang ada di mobil,
sekaligus mengajak bapak ikut bergabung. Kami kembali duduk-duduk dan menikmati
makanan yang kami bawa dari rumah. Tiba-tiba bapak berkata, “Ndo, kamu inget
apa kalau di pantai ini?”
Aku berpikir sejenak, seketika itu ingatanku melayang jauh
dan menemukan memori kejadian sekitar 14-15 tahun yang lalu. Di pantai yang
sama aku, bapak, dan teman-teman bapak juga sedang berekreasi di pantai ini. Waktu
itu, aku tak tahu ombak semakin naik, teman-teman bapak sedang bermain ombak,
aku juga sedang bermain pasir bersama bapak. Bapak melarangku untuk ke tengah.
Tiba-tiba ombak semakin naik, tapi aku tetap asyik bermain pasir. Hingga, ombak
besar datang, menerjangku. Semua tampak baik-baik saja, hingga sandalku, sandal
bapak, dan sandal teman-teman bapak terbawa ombak. Aku terperanjat kemudian
bangkit untuk mengejar sandal-sandal yang terbawa ombak. Satu persatu aku
menangkap sandal-sandal yang terbawa ombak. Karena aku asyik mengambil sandal,
aku tak melihat ombak datang lagi. Kemudian ombak tersebut menerjangku yang
sedang sibuk mengambil sandal-sandal yang terbawa ombak sebelumnya. Bisa
dikatakan aku termakan ombak, aku terseret ombak itu. Seketika itu bapak datang
dan menangkap tanganku. Bapak hanya meraih tanganku agar aku tidak terseret
oleh ombak, aku tahu bapak juga menahan tubuhnya sendiri agar tidak terseret. Mungkin
karena kejadian tersebut, aku selalu tak pernah diperbolehkan untuk bermain
ombak. Karena aku nyaris hanyut terbawa ombak.
Aku masih saja memikirkan kepentingan orang lain di saat
nyawaku sendiri aku korbankan. Ini semua hanya untuk sandal orang-orang!! Mungkin
dulu sewaktu kecil aku tidak tahu apa-apa, aku tak tahu darimana perasaan itu
selalu muncul: Aku ingin membantu orang sebisaku! Hingga saat ini juga seperti
itu, aku selalu ingin membantu orang lain, mengalah untuk kepentingan orang
lain, namun aku tak memikirkan keadaanku sendiri, entah aku sakit atau tidak
dengan setiap keputusan yang selalu aku ambil. Kadang aku bersyukur karena aku
memiliki sifat ini, namun kadang-kadang aku juga benci juga jika sudah
menyangkut hati yang sakit. Tapi itu semua aku jadikan pengalaman dan takdir
yang harus aku jalani.
0 comments