Ego(is)


Kali ini saya akan sedikit frontal, tapi biarlah.. Karena terlalu banyak hati yang terluka...
Saya gak tahu dari mana semua berawal, intinya saya adalah seseorang yang bisa membaca karakter orang dari penampilan dan fisiknya, bahkan pertama kali saat bertemu. Feeling saya kuat banget untuk sesuatu hal. Untuk saat ini saya menilai bahwa kelas saya adalah kumpulan orang-orang yang memiliki ego tinggi. Mengapa bisa begitu, yang pasti ketika proses kajian drama ini ada. Mereka mulai menampakkan karakter asli mereka.. Ya, benarlah dengan penilaian saya waktu dulu pertama kali bertemu mereka. Memang tidak semua, hanya sebagian.. Tapi ego itu bisa dikatakan semacam penyakit yang nular lho.. Bisa jadi pada ikut-ikutan egonya tinggi, istilahnya mungkin senggol bacok kali yaa..
Saya akui, masih ada teman-teman yang bisa menahan ego mereka dan sedikit mengalah. Untuk mereka yang mau mengalah saya acungi 2 jempol, karena mereka berpikiran mengalah bukan berarti kalah. Memaksakan kehendak itu sah-sah saja, tapi juga harus pada tempat dan waktu yang tepat. Agar tidak ada pihak-pihak yang tersakiti hatinya. Saya tidak akan menyebut siapa saja yang egonya tinggi. Biarlah mereka berasumsi sendiri, jika mereka merasa itu pertanda yang bagus, semoga saja mereka lebih dapat menurunkan ego mereka. Karena kadang apa yang menjadi pemikiran kita bisa saja sangat berbeda dengan orang lain, jangan memaksa pemikiran kita harus sama dengan orang lain..
Banyak sekali yang harus dikorbankan pada proses drama ini, kepercayaan, keteguhan hati, dan kejujuran.. Semua itu dipertaruhkan di sini. Memang karakter orang itu berbeda-beda dan lagi manusia itu tidak ada yang sempurna. Harusnya adakalanya kita menghargai orang lain jika kita ingin dihargai. Penting juga untuk memahami orang lain agar kita juga bisa dipahami. Tidak dosa jika kita bisa menurunkan ego kita dan mengalah karena menurut saya itu adalah tindakan orang yang bijak. Semua bisa berubah kan?
Memang setiap orang punya ego, tapi jika kita bisa mengendalikan ego kita itu adalah hal yang baik. Namun, jika diri kita yang dikendalikan oleh ego, bisa jadi dampak terburuknya adalah orang-orang tidak akan mempercayai kita bahkan bisa jadi membenci kita. Contoh nyata pada saat drama ini adalah ketika mereka menunjukkan ego-ego mereka. Orang yang memiliki ego tinggi itu biasanya kurang bisa menghargai dan mengapresiasi sesuatu. Penting untuk dicatat!! Hargai setiap usaha yang telah dilakukan orang lain baik kecil maupun besar, jangan pernah meremehkannya. Karena setiap orang itu memiliki pemikiran yang berbeda-beda dan jangan pernah memaksakan kehendak. Pemaksaan akan berakhir pada sebuah kekecewaan.
Teman-teman yang selalu memaklumi keegoisan pasti juga lama-lama akan lelah. Coba jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, orang-orang yang memiliki ego tinggi juga harus bisa lihat “selalu mengalah”-nya teman-teman. Sekali lagi saya tekankan bahwa kadang-kadang mengalah itu gak dosa!! Saya juga bilang bahwa orang yang memiliki ego tinggi di kelas saya itu tidaklah sedikit. Jadi kasihan teman-teman yang harus mengalah pada orang banyak dan memiliki ego tinggi pula. Menghadapi satu orang saja lelahnya bukan main, apalagi ini menghadapi banyak orang yang rata-rata semua punya ego yang tinggi. Ibaratnya gini, petir selalu menyambar pohon yang lebih tinggi kan? See it!!
Saya cuma mau menekankan pada orang-orang yang memiliki ego tinggi bahwa setiap keinginan mereka itu tidak semua bisa sesuai keinginan, karena pemikiran setiap orang berbeda-beda. Apalagi di kajian drama ini sifatnya kerja tim! Gak bisa kalau di kerjain sendiri, kepercayaan juga hal yang penting. Gimana mau sukses kalo percaya sama tim aja gak bisa!! Saya juga mau menekankan pada orang-orang yang berego tinggi. Biasakan ucapkan kata-kata semacam: terima kasih, maaf, tolong dan tidak apa-apa. Karena mereka jarang atau bahkan tidak mengatakan kata-kata tersebut. Meskipun hanya sebuah kata, tetapi bagi saya kata-kata tersebut sarat akan makna.
Terakhir pesan saya: meredam amarah dan ego adalah tindakan orang-orang bijak, semua akan menjadi lebih baik ketika kita berhenti mengeluh. Saling percaya merupakan kunci utama dan ikhlaslah ketika kita kecewa.
Sekian. 

You Might Also Like

0 comments