The Justice Hunter


                                                            Taken from zedge.net

Cerita ini kubuat karena ada sayembara menulis cerpen genre distopia di webnya Hunger Games Indonesia. Gak menang sih, tapi seneng aja bisa ikutan. . pihak Hunger Games Indonesia juga ngomentarin cerita yang kubuat. Kerenn!! Bisa tahu kekurangan tulisan yang aku buat. Ceritanya seperti ini.
***
Kami dipilih dari beberapa yang terpilih. Kami mempunyai sebuah misi yang akan mengubah segalanya. Kami dipilih karena bakat atau keahlian kami. Kevin Lee si senjata berjalan, Jordan Trevor si pengubah suara, Daniel Davidson si pilot, Jasmine Miles si engineer,dan aku Tom Smith si magician. Kami dipimpin seseorang bernama Nathan Phillip. Kami menyebut diri kami The Justice Hunter.
Ini tahun 2129, dimana hanya ada satu wilayah tanpa ada batas dan tidak terbagi-bagi. Tidak ada negara, yang ada hanya satu kesatuan wilayah. Kami menyebutnya Centerrion. Hanya ada satu pemimpin di Centerrion, pemimpin tersebut dipilih berdasarkan bakat atau keahliannya yang mampu menarik perhatian Centerrion. Centerrion sedang dipimpin oleh seorang pembuat strategi bernama John Hoover. Bakatnya adalah membuat strategi dan dari bakatnya penduduk Centerrion memilihnya menjadi pemimpin. Namun, John Hoover terkenal sebagai pemimpin yang kejam, ia hanya akan menggunakan bakatnya untuk kepentingannya dan bukan untuk kepentingan Centerrion. Aku baru tahu jika misi kami adalah: MEMBUNUHNYA.
Kami sedang di pesawat strovelum, pesawat yang tidak terlihat dan berkecepatan tinggi. Daniel sedang mengemudikannya, ia memiliki keahlian untuk mengemudikan seluruh kendaraan yang ada di Centerrion. Kevin sedang membersihkan senjata-senjatanya, Jordan sedang tidur, dan Jasmine bersama Nathan sedang mendiskusikan sesuatu. Jujur aku tak tahu mengapa aku bisa terlibat dalam misi membahayakan ini. Untuk Daniel, Jasmine, dan Kevin jelas mereka memiliki keahlian yang dibutuhkan misi ini. Tetapi aku dan Jordan sepertinya tak tepat jika kami dipilih untuk misi berbahaya ini.
Kami sudah sampai di pusat pemerintahan Centerrion, sebelumnya masing-masing dari kami mendapat tugas dan apa-apa saja yang harus kami lakukan untuk misi ini.
“Ingat yang aku perintahkan pada kalian! Semoga saja kalian tidak tertembak dan kalian harus mengeluarkan seluruh bakat dan keahlian yang kalian miliki.” Kata Nathan sebelum kami memulai misi yang berbahaya ini.
 Kami mulai memasuki gedung tertinggi di Centerrion ini. Banyak centurro atau pasukan pengaman Centerrion terlihat, mereka adalah pasukan yang sudah diprogram untuk menuruti segala perintah John Hoover. Kevin ada di depan karena ia yang memegang senjata. Kami mengendap-endap agar keberadaan kami tidak diketahui oleh centurro. Jasmine sedang mencari jalan ke tempat John yang lebih mudah dan tanpa terlihat oleh centurro. Jasmine menyuruh kami masuk ke sebuah ruangan yang pintunya terkunci. Sekarang giliranku untuk membukanya, dengan keahlianku pintu ruangan tersebut dapat dibuka. Kami memasuki ruangan, tiba-tiba kami dihadang centurro yang jumlahnya tak kami ketahui. Ini sesuatu yang tak terduga.
“Kevin.....arah jam tiga dan sebelas!!” teriak Nathan. Kemudian Kevin menembak mereka.
“Berpencar dan gunakan bakat kalian!!” perintah Nathan.
Ini benar-benar gila, aku harus lari dan menyelamatkan diri. Kevin masih menembaki centurro-centurro itu. Jasmine lari bersama Nathan. Daniel dikejar beberapa centurro. Aku melihat Jordan sedang menirukan suara-suara yang tak jelas mulai dari suara burung, serigala, hingga manusia. Kemudian centurro-centurro yang mengejarnya berbalik dan menyerang Kevin. Aku dikejar beberapa centurro, kemudian aku menggunakan salah satu trik sulap untuk mengelabui mereka. Aku harus melarikan diri karena bakatku bukan bertarung. Aku menemukan sebuah pintu keluar, saat kubuka di sana sudah ada Jordan, Jasmine, dan Nathan.
“Bagaimana kalian bisa sampai di sini?” tanyaku sambil tersengal-sengal.
“Aku menemukannya lewat ini,” jawab Jasmine sambil menunjuk komputernya.
“Aku mengikuti Jasmine,” Nathan menimpali.
“Aku menirukan suara John Hoover untuk mengusir mereka,” ujar Jordan.
Aku berpikir Nathan terlalu menggantungkan hidupnya pada Jasmine yang sudah tahu seluk beluk gedung ini. Sebenarnya apa bakat Nathan? Kemudian mengapa rencana berubah begitu cepat? Mengapa Jordan bisa menirukan suara John padahal mereka belum bertemu? Aku bisa gila dengan pertanyaan-pertanyaan ini, hinga kemudian...
“Daniel.....mati.....ia tertembak.” Ucap Kevin tersengal-sengal.
Jasmine berteriak dan menangis, aku masih tak percaya dengan apa yang aku dengar. Nathan menginstruksikan kami harus tetap bergerak. Kami meninggalkan jasad Daniel di luar sana. Kami berjalan dengan langkah gontai, kami terus menyusuri jalan rahasia ini dan kurasa kami berjalan cukup jauh. Aku mulai kelelahan, Jasmine kemudian berhenti dan menyuruhku membuka pintu di depannya. Terdapat cahaya yang menyilaukan saat kubuka pintu tersebut. Kemudian aku mendengar suara tepuk tangan seseorang.
“Satu...hanya satu yang mati? Tim ini begitu hebat karena masih menyisakan lima bakat untuk membunuhku.” John Hoover berdiri di depan kami. Kevin mengacungkan senjatanya pada John. Suasana menjadi genting.
“Ehmmm, bukan.....hanya empat bakat yang akan mencoba membunuhku.” Kata John.
“Kevin tembak Jordan!!” perintah Nathan. Kevin refleks menembak Jordan dan Jordan jatuh ke lantai seketika. Aku dan Jasmine sama-sama berteriak.
“Kau benar-benar cerdik Nathan, langsung mengetahui Jordan adalah mata-mata yang kukirim. Kau mungkin curiga ketika ia menirukan suaraku untuk mengusir centurro. Dia benar-benar bodoh,” ujar John.
“Kevin tetap waspada! Tom ingat rencana awal yang ku instruksikan!” perintah Nathan.
Kevin tetap mengacungkan senjatanya pada John, aku mengingat-ingat rencana awal yang sebelumnya telah diinstruksikan kepadaku.
“Kau masih pembuat rencana yang hebat seperti dulu Nathan. Bakatmu seharusnya bisa berguna di sini, sayang sekali rencanamu sudah aku ketahui dari dulu. Aku mengaku kalah karena kau membawa tim yang hebat, apalagi si senjata berjalan itu. Hmmm, aku rasa ini akhir dari kepemimpinanku. Centurro cepat tangkap mereka!!” teriak John.
Tiba-tiba saja centurro-centurro berdatangan dari berbagai pintu, mereka mengepung kami. Kevin menembak John Hoover, ia telah mati. Kevin kemudian menembaki centurro. Aku menggandeng tangan Nathan dan Jasmine.
“Abrakadabra,” teriakku.
***
Sekarang hanya ada aku, Nathan, dan Jasmine yang tersisa. Itulah rencana kami, aku harus menyelamatkan siapa saja yang masih tersisa kecuali Kevin, karena ia memegang senjata. Awalnya aku menolak. Kevin bersikeras karena ini adalah sebuah misi dan kerja tim. Aku masih duduk lemas.
“Ayo bangkit, kalian akan kuperkenalkan pada Centerrion.” Kata Nathan.
Kami masuk ke sebuah portal, saat kami sampai pada suatu tempat. Kami ada di puncak tertinggi gedung ini. Banyak lampu sorot yang menyilaukan dan.....ada begitu banyak kamera. Apa maksud semua ini?
“Selamat malam Centerrion, saya Nathan Phillip. Seperti yang kalian lihat, John Hoover sudah mati. Kalian juga sudah melihat pertempuran yang baru saja terjadi.”
Bagaimana bisa Centerrion melihat bagaimana pertempuran kami, apa hal tersebut disiarkan ke seluruh Centerrion?
“Kuperkenalkan pada kalian, Tom Smith si magician dan Jasmine Miles si engineer. Inilah calon pemimpin kalian, mulai dari sekarang hingga tiga hari ke depan kalian wajib memberikan suara kalian untuk memilih salah satu dari mereka menjadi pemimpin baru kalian. Selamat malam.”
Aku dan Jasmine saling berpandangan. Kami? Calon pemimpin Centerrion?

End

Ini balasan dari Indo Hunger Games 
Dear Tondo,

terima kasih atas karya tulisanmu. Gamemakers sudah selesai membacanya dan kami ingin memberi sedikit review setelah membaca cerpenmu :)

'The Justice Hunter' mengingatkan kami pada cerita klasik pembela kebenaran. Kami suka dengan genre action yang dipilih karena bisa dikatakan menulis 'aksi fisik' yang dilakukan karakter merupakan hal yang cukup sulit untuk digambarkan. Kami juga menyukai pemberian nama 'Centerrion' (negara yang terpusat) dan 'Centurro'. Simpel namun kreatif dan mudah dimengerti.

Namun, narasi penggambaran lingkungan 'The Justice Hunter' menurut kami kurang dikupas mendalam. Mungkin apabila Tondo ingin membuat ini menjadi novel, bisa dijabarkan lebih dalam tentang keadaan lingkungan sekitar yang dihadapi 'The Justice Hunter'. But overall, cerpen ini bisa dikembangkan menjadi cerita yang menarik.

Semoga review kami bermanfaat :D
Tetap menulis ya, Tondo. You're doing great.

May The Odds Be Ever in Your Favor,


Indo Hunger Games

You Might Also Like

0 comments