Akhir Penantianku: Melepasmu!!
Aku sedang menikmati kekalahanku........
Kau
pernah berkata, “aku memperjuangkan siapapun dia yang menemani aku saat
mendaki, bukan dia yang menungguku di puncak”, aku merenung dan berpikir
tentang kata-kata yang kau lontarkan. Aku menghela napas, aku sadar aku tak
mampu menjadi dia yang kau maksud. Bagaimana tidak, semua tahu aku yang tak
mampu menjadi dia, seseorang yang kau harapkan. Aku tak mampu menjawabnya dengan
sejuta alasan. Karena satu alasan pun aku tak punya.
Hal
yang dapat kulakukan hanyalah mengagumimu dalam hati. Dulu, perpisahan antara
kau dan aku pun tanpa ucapan selamat tinggal, kita tak pernah mengucapkannya
karena waktu yang terlalu cepat berjalan dan berlalu. Kenangan akan ditulis
secara berbeda di antara kita, terpisah, bahkan tak di buku yang sama. Terlalu mustahil
untuk menyatukan kisah kita di buku yang sama. Aku tahu penyesalan itu adalah
sebuah kontraproduktif, karena kita menoleh ke masa lalu yang tidak bisa kita
ubah.
Beberapa
saat yang lalu, aku tahu kau sudah bersama seseorang. Ku harap dia adalah seseorang
yang selalu menemanimu mendaki ke puncak. Kau pantas bahagia bersama dirinya.
Semoga kau tak pernah menyesal dengan keputusanmu, terima dia apa adanya. Ku harap
dia menjadi seseorang yang mampu mengajakmu keluar dari segala kesedihan yang
menghampirimu. Ku harap dia menjadi seseorang yang selalu menyediakan waktunya
ketika kau menginginkannya.
Meskipun
aku belum pernah menjadi lelakimu, ku harap dia akan melakukan hal-hal yang
ingin ku lakukan ketika aku bisa bersamamu kelak. Membuatkanmu lagu-lagu cinta
yang selalu ingin kau dengar. Menatap matahari terbit dan berjalan-jalan
menghirup udara segar di pagi hari. Mengantarmu ke segala tempat yang ingin kau
kunjungi. Menyemangatimu untuk tetap menatap dunia disaat dunia sedang
berpaling darimu. Menutup telingamu ketika kau tak ingin mendengar hal yang tak
ingin kau dengar. Menatap senja di mana matahari terbenam dengan indah dan tangan
kita saling menggenggam. Kita sepakat, tak ingin hari esok datang dan hari ini cepat
berlalu. Aku ingin benar-benar melakukan banyak hal denganmu. Namun, aku belum
sempat melakukannya karena kau sudah lebih dulu memilih dia. Ya, kau sudah
lebih dulu memilih dia.
Penyangkalan.
Hal pertama yang ada dalam benakku ketika aku tahu kau telah bersama dirinya. Ini
tak mudah untuk aku lalui. Aku seperti berjalan di atas pecahan kaca, menghirup
udara yang beracun, dan melakukan semua hal yang membunuhku pelan-pelan. Dunia
tak adil dengan membuatku seperti ini. Aku benci dia yang datang di hidupmu,
aku benci keadaan yang menyatukan kalian, dan aku benci dengan keputusanmu!! Aku
tak bisa lagi membedakan mana hitam mana putih, mana kenyataan mana
fatamorgana. Sungguh, aku bukanlah aku yang dulu karena kini aku gelap dan
sendu. Aku ingin menghilang, dari dunia maupun dari kisah cinta bertepuk sebelah
tangan yang menyebalkan ini!!!
Hal
kedua adalah pengungkapan. Iya, aku terlambat untuk mengungkapkan semua
perasaan yang tertahan selama 5 tahun ini. Aku bodoh, aku egois, dan aku
terlalu penakut. Itu semua yang membuat aku tak bisa ke mana-mana. Aku menyimpan
semuanya dan seperti ini terus menerus tanpa peduli orang lain yang berusaha
memberitahuku. Aku diam, aku cemburu, aku sakit, dan aku terluka. Aku tak bisa
menerima semua ini. Ini aku pengagum rahasia, penggemar nomor satu, dan bahkan
seseorang yang mencintaimu tanpa rasa bosan. Ini ungkapan hati yang 5 tahun ini
tak bisa aku ucapkan padamu secara langsung!!!
Penerimaan.
Hal yang sangat sulit untuk aku lakukan, butuh berminggu-minggu agar aku bisa
melakukannya. Pada suatu titik aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapa di
kehidupanmu. Untuk apa aku harus marah, menyalahkan keadaan dan waktu. Aku
memang pengecut kelas atas, bertemu denganmu saja aku tak mampu apalagi mengungkapkan
seluruh isi hatiku. Aku bisa melihatmu bahagia dengannya, sosok yang tepat
berada di sisimu. Hakikat penerimaan sesungguhnya adalah ketika kita tak bisa
menyalahkan siapa atau hal apapun dan melihat ke berbagai sisi agar kita dapat
berdiri di posisi yang tepat tanpa ragu.
Terima
kasih karena membiarkanku memiliki perasaan ini. Jika kau tanya apakah aku
menyesal, jawabanku adalah TIDAK. Aku
bahagia karena perasaan ini dapat tumbuh di hatiku. Aku mencoba sedikit demi sedikit untuk
melepasmu menjadi seseorang yang menghargai keputusannya. Begitu pun dengan
diriku, aku tak ingin menyesal dengan keputusan yang kubuat sendiri. Bukan
untukmu, aku bertahan untuk diriku sendiri. Entah bagaimana caranya, aku ingin
bahagia dengan caraku sendiri dan akan ku mulai dengan cara yang sederhana.
“You know in the end the day
you left was just my beginning....”
3 comments