Aku (Tak) Bisa Pindah ke Lain Hati

Bagaimana aku bisa pindah ke lain hati, sedangkan pindah dari hatimu saja aku tak bisa



4 tahun ini aku rasa waktuku terbuang sia-sia hanya karena aku masih berdiri di sini menunggumu, walau mungkin saja menunggumu adalah hal paling menakjubkan yang pernah aku lakukan. Entah sampai kapan takdir waktu yang Dia berikan untukku yang masih teguh pada pendirianku untuk menunggumu, dapatkah kita mengulang momen-momen 4 tahun yang lalu?
Mungkinkah aku harus terus menunggumu yang keberadaanmu saat ini saja aku tak tahu. Ada yang bilang kau ada di Jakarta, kota besar tujuan semua orang yang ingin merasakan apa itu sebuah ‘kebahagiaan’ dan ada yang bilang kau ada di Bandung. Kota yang membuat aku berharap dapat menghabiskan masa tuaku di sana. Jika kau ada di Bandung tak bisakah kau menungguku paling tidak 2 sampai 3 tahun lagi, hingga aku beranjak dari sini. Tak bisakah kita bergantian?
Persamaan inilah penghalang segalanya, aku tahu ini tapi kau tidak. Mungkin kau lupa kenangan yang mungkin saja itu adalah kenangan yang tidak pernah bisa aku lupakan. Kau berbaring di sampingku saat aku sakit, menghiburku dengan nyanyianmu. Walau kita sama-sama tahu kau tak pandai mengeluarkan suara bernada. Membuatku merasa nyaman dan melupakan sejenak sakit yang aku rasakan. Mungkinkah kau  masih mengingatnya?
Harusnya aku yang menjagamu, menjaga kisah-kisah yang aku harapkan bisa seperti kisah dongeng yang selalu berakhir dengan bahagia. Menjaga hari-hari dimana kita tak tahu apakah nantinya kita masih bisa seperti ini atau tidak. Menjaga perasaan yang aku rasakan dan aku tak tahu apa yang sebenarnya kau rasakan, tapi aku mau seperti itu saja. Menjaga arah pembicaraan yang selalu kita senangi, tentang mimpi, doa, dan tekad. Apakah kau masih menjaga semua itu?
4 tahun ini aku masih bodoh, masih saja mau dibodohi waktu, masih saja mau dibodohi keadaan, dibodohi oleh perasaan, dan masih saja mau dibodohi olehmu, perlakuanmu, dan perasaanmu. Aku tetap saja masih bodoh karena mau mengharapkanmu yang mungkin saja belum tentu kau juga memikirkanku. Aku lelah menjadi bodoh, tak bisakah ini berhenti karena aku sudah lelah. Sampai kapan kau mau membodohiku?
Tak sadarkah kau selama ini aku menyebut namamu dalam doaku, tahukah kau bahwa selama ini aku menyebut namamu dalam sujud syukurku, mengertikah kau bahwa selama ini aku menyebut namamu saat aku terpuruk dalam kesedihanku, pahamkah kau bahwa selama ini aku menyebut namamu saat aku  merasakan apa itu rindu. Apakah kau pernah sekalipun menyebut namaku?
Dari awal hingga detik ini aku tak pernah menyesal telah menyukaimu, pernah aku menutup mata dan membayangkan orang lain, namun akhirnya tetap kau yang datang terakhir dalam bayanganku. Aku tak pernah menyesal telah mengenalmu dan membiarkanmu masuk dalam kisah hidupku. Aku tak pernah menyesal ketika kau memarahiku karena sebuah kesalahpahaman yang menyebabkan kita jauh. Aku tak pernah menyesal kau tak pernah tahu aku yang menyukaimu. Apakah kau menyesal telah mengenalku?
Ini hanya sekedar catatan kecil mengenai hatiku yang tak pernah kau ketahui, rahasia yang selama 4 tahun ini aku simpan rapat-rapat. Kau dapat mengambil sebagian hidupku yang telah kuhabiskan untuk memikirkanmu, atau kau dapat mengambil cerita hatiku dan memecahkannya layaknya kaca yang rapuh dan dapat pecah sewaktu-waktu ketika waktunya telah tiba. Ya, ini aku dengan segala rahasia tentangmu yang tak pernah diketahui dunia sekalipun. Kau boleh pergi dan berlari karena aku tetap di sini melihatmu hilang entah kemana. Aku tak pernah berhenti berpikir, salahkah yang aku lakukan ini?
end

You Might Also Like

0 comments