#Review: Refrain (Saat Cinta Selalu Pulang)



Saya kembali (lagi). Kali ini saya datang dan ingin menulis sesuatu. Saya baru saja selesai membaca novel berjudul Refrain karya Winna Efendi. Novel ini memang seperti novel bertemakan cinta lainnya. Cerita tentang anak sekolahan yang jatuh cinta. Pertama kali saya tahu novel ini adalah ketika novel tersebut akan difilmkan, Maudy Ayunda dan Afgan yang akan memerankan tokoh di dalam novel ini. Mereka adalah pemberi inspirasi untuk saya.

Saya menyukai Maudy dalam segala film yang pernah ia bintangi karena aktingnya yang mengagumkan, ada Afgan salah satu penyanyi pria terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. They are so amazing. Maka saya putuskan untuk membaca novel ini. Maudy dan Afgan adalah kombinasi yang pas. Sebelum menonton filmnya yang akan tayang di bulan Juni, saya baca novelnya terlebih dulu. Sederhana dan sweet, itulah kesan untuk novel ini dari sudut pandang saya, walaupun cerita seperti ini banyak ditemui di novel-novel percintaan remaja lainnya.

Ceritanya tentang persahabatan dua remaja, Niki dan Nata. Mereka sejak kecil selalu bersama hingga bangku SMA, hingga Nata menyukai Niki. Tetapi Niki saat itu sudah memiliki pacar pertamanya, Oliver. Ada tokoh lain bernama Anna sebagai tokoh tambahan yang dihadirkan. Anna menyukai Nata, namun lebih memilih jalan sebagai sahabat karena ia tahu hati Nata hanya untuk Niki. Anna datang melengkapi persahabatan Niki dan Nata. Kemudian Niki menjauhi sahabat-sahabatnya karena Nata tiba-tiba mengaku menyukai Niki. Hingga Niki dikecewakan oleh Oliver dan ia menyesal karena telah menjauhi sahabat-sahabatnya.

Hingga semua kembali seperti dulu, persahabatan dan saat-saat terakhir di sekolah menengah. Niki seorang cheerleader di sekolah, Anna senang akan fotografi, dan Nata dengan sense of music-nya. Puncaknya ada pada saat Nata mendapat surat yang berisikan ia diterima di salah satu sekolah musik di Amerika. Ia ragu untuk melanjutkannya, ia takut meninggalkan Niki yang masih belum tahu impiannya. Niki yang mulai takut kehilangan sosok Nata di kehidupannya. Akhir cerita ada pada Nata yang tetap pergi ke Amerika, Niki yang mulai menyukai Nata dan berat untuk melepasnya. 5 tahun kemudian Nata kembali dan menemukan Niki yang menjadi guru di sekolah mereka dulu. Seperti kebanyakan cerita lainnya, selanjutnya mereka bersama. Happy ending, itu saja.

Saya suka tulisan yang ada di sampul bagian belakang buku.

Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya.

Ini bisa jadi sebuah kisah cinta biasa. Tentang sahabat sejak kecil, yang kemudian jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Sayangnya, di setiap cerita harus ada yang terluka.

Ini barangkali hanya sebuah kisah cinta sederhana. Tentang tiga sahabat yang merasa saling memiliki meskipun diam-diam saling menyukai.

Ini kisah tentang harapan yang hampir hilang. Sebuah kisah tentang cinta yang nyaris sempurna, kecuali rasa sakit karena persahabatan itu sendiri.

Kadang segala sesuatu memang tiada yang sempurna, terlebih persahabatan yang menjadi sebuah benih cinta. Terjadi banyak kecanggungan di sana, semua terjadi karena mereka terlalu sering bersama dari kecil. Nata yang selalu ada untuk Niki. Memang benar, Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya. Nata dan Niki yang berusaha mempertahankannya disaat segala sesuatunya mulai berubah. Nata yang terkesan cuek, namun sebenarnya dia peduli. Niki dengan segala kemanjaannya. Membuat segalanya saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain.  

Ketika Niki menjauh dari Nata dan Anna, ia sempat cemburu ketika Nata dan Anna bermain di trampolin, trampolin itu adalah “tempat terindah” Niki dan Nata sejak dulu. Niki kehilangan sosok yang membuat ia tak sendiri, ada rasa nyaman yang hadir ketika Niki bersama Nata. Ketika pergi bersama Oliver dan hujan turun, Niki mengatakan ia tak menyukai hujan, dan Oliver sependapat dengan Niki. Namun, Niki mengingat sosok Nata yang menyukai hujan. Seseorang pernah berkata, “Ketika kau telah terbiasa dengan seseorang yang ada di dekatmu, dia akan membuatmu pada sebuah hal yang dinamakan kenyamanan.”  Hal itu yang dirasakan Niki.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya. Itulah poin yang dipikirkan Nata, karena cinta hadir untuk siapa saja. Perasaannya terhadap Niki, walau Niki adalah sahabatnya sendiri. Sahabat lebih mudah memahami kita. “I’m lucky i’m in love with my best friend.”

Di samping cerita cinta, hal menarik lainnya adalah bagian cerita persahabatan yang luar biasa dari ketiga tokoh di novel ini. Kau tak akan pernah bisa melakukannya tanpa sahabat dan sahabat hadir untuk menguatkan, kira-kira seperti maksud pada beberapa bagian cerita di novel ini. Terlebih saat Niki menjauhi Nata dan Anna. Novel ini seperti berkata, Ketika kamu menyakiti sahabat, mereka pasti memaafkaanmu tetapi mereka sulit untuk memaafkan apa yang kamu lakukan terhadap dirimu sendiri.” Persahabatan khas remaja yang sedang menemukan jati diri mereka masing-masing.

Banyak sekali bagian-bagian yang menarik dan indah pada novel ini, namun bagian yang saya senangi adalah ketika Nata menjemput Niki di prom sekolah Oliver dan menemukan Niki menangis karena di prom tersebut Niki merasa dibohongi oleh Oliver dan Helena (ketua cheerleader di sekolah Niki) yang seperti menjebaknya. Nata benar-benar cinta mati dan memperlakukan Niki dengan hangat pada bagian ini, Nata membuktikan ia adalah seseorang yang care dan gentle. Kemudian ada bagian di mana saat Niki melepas Nata pergi, sesungguhnya ia tak bisa melepas Nata untuk ke Amerika. Hingga ia benar-benar sadar ia benar-benar mencintai sahabatnya itu. Anna bertanya, mengapa ia tak mengatakan hal tersebut saat Nata akan pergi, dan Niki menjawab seperti ini, “karena hanya dengan begini, dia akan tetap pergi untuk mengejar mimpinya.”  I love that, di sini Niki benar-benar dewasa. Ia tak mau egois. Ada sebuah pengertian yang harus dihadirkannya pada bagian ini.

Meskipun ceritanya mudah ditebak, novel ini punya kekuatan untuk terus membuat orang yang membacanya membuka halaman demi halaman dari buku tersebut. Bagian-bagian tertentu sukses membuat kita berimajinasi, membayangkan kejadian nyata-nya. Penulis adil membagi bagian-bagian ceritanya untuk ketiga tokoh utama. Kisah cinta, persahabatan, mimpi-mimpi, dan harapan ada di dalamnya. Keceriaan, kesedihan, kecanggungan, dan kenyamanan juga turut hadir pada buku ini. Semua cerita pasti ada something yang dapat diambil, begitu juga dengan cerita-cerita yang terangkai hingga terbentuk sebuah kesatuan sehingga menyuguhkan buku yang begitu sederhana, indah, dan sweet ini. Sekian.


You Might Also Like

0 comments